Selamat Datang

SELAMAT DATANG semoga Anda nyaman di blog sederhana ini semoga tidak membosankan

Kamis, 23 Januari 2014

Makna lagu Lir Ilir Cipt. Sunan Kalijaga (Raden Said.)

Lir ilir lir ilir tandure wong sumilir
Tak ijo royo royo
Tak sengguh penganten anyar
Bocah angon bocah angon penekno
blimbing kuwi
Lunyu lunyu penekno kanggo mbasuh
dodotiro
Dodotiro dodotiro kumintir bedah ing
pinggir
Dondomono jrumatono kanggo seba
mengko sore
Mumpung padang rembulane
Mumpung jembar kalangane
Yo surak’0 surak hiyo
Makna yang terkandung lagu di
atas adalah sbb:
1. Lir-ilir, Lir-ilir (Bangunlah,
bangunlah)
2. Tandure wus sumilir (Tanaman
sudah bersemi)
3. Tak ijo royo-royo (Demikian
menghijau)
4. Tak sengguh temanten anyar
(Bagaikan pengantin baru)
Makna: Sebagai umat Islam kita diminta
bangun. Bangun dari keterpurukan,
bangun dari sifat malas untuk lebih
mempertebal keimanan yang telah
ditanamkan oleh Alloh dalam diri kita
yang dalam ini dilambangkan dengan
Tanaman yang mulai bersemi dan
demikian menghijau. Terserah kepada
kita, mau tetap tidur dan membiarkan
tanaman iman kita mati atau bangun dan
berjuang untuk menumbuhkan tanaman
tersebut hingga besar dan mendapatkan
kebahagiaan seperti bahagianya
pengantin baru.
1. Cah angon, cah angon (Anak
gembala, anak gembala)
2. Penekno Blimbing kuwi (Panjatlah
(pohon) belimbing itu)
3. Lunyu-lunyu penekno (Biar licin
dan susah tetaplah kau panjat)
4. Kanggo mbasuh dodotiro (untuk
membasuh pakaianmu)
Makna: Disini disebut anak gembala
karena oleh Alloh, kita telah diberikan
sesuatu untuk digembalakan yaitu HATI.
Bisakah kita menggembalakan hati kita
dari dorongan hawa nafsu yang
demikian kuatnya? Si anak gembala
diminta memanjat pohon belimbing yang
notabene buah belimbing bergerigi lima
buah. Buah belimbing disini
menggambarkan lima rukun Islam. Jadi
meskipun licin, meskipun susah kita
harus tetap memanjat pohon belimbing
tersebut dalam arti sekuat tenaga kita
tetap berusaha menjalankan Rukun Islam
apapun halangan dan resikonya. Lalu apa
gunanya? Gunanya adalah untuk mencuci
pakaian kita yaitu pakaian taqwa.
1. Dodotiro, dodotiro (Pakaianmu,
pakaianmu)
2. Kumitir bedah ing pinggir
(terkoyak-koyak dibagian samping)
3. Dondomono, Jlumatono (Jahitlah,
Benahilah!!)
4. Kanggo sebo mengko sore (untuk
menghadap nanti sore)
Makna: Pakaian taqwa kita sebagai
manusia biasa pasti terkoyak dan
berlubang di sana sini, untuk itu kita
diminta untuk selalu memperbaiki dan
membenahinya agar kelak kita sudah
siap ketika dipanggil menghadap
kehadirat Alloh SWT.
1. Mumpung padhang rembulane
(Mumpung bulan bersinar terang)
2. Mumpung jembar kalangane
(mumpung banyak waktu luang)
3. Yo surako surak iyo!!! (Bersoraklah
dengan sorakan Iya!!!)
Makna: Kita diharapkan melakukan hal-
hal diatas ketika kita masih sehat
(dilambangkan dengan terangnya bulan)
dan masih mempunyai banyak waktu
luang dan jika ada yang mengingatkan
maka jawablah dengan Iya!!!…… Lir ilir,
judul dari tembang di atas. Bukan
sekedar tembang dolanan biasa, tapi
tembang di atas mengandung makna
yang sangat mendalam. Tembang karya
Kanjeng Sunan ini memberikan hakikat
kehidupan dalam bentuk syair yang
indah. Carrol McLaughlin, seorang
profesor harpa dari Arizona University
terkagum kagum dengan tembang ini,
beliau sering memainkannya. Maya
Hasan, seorang pemain Harpa dari
Indonesia pernah mengatakan bahwa
dia ingin mengerti filosofi dari lagu ini.
Para pemain Harpa seperti Maya Hasan
(Indonesia), Carrol McLaughlin (Kanada),
Hiroko Saito (Jepang), Kellie Marie
Cousineau (Amerika Serikat), dan Lizary
Rodrigues (Puerto Rico) pernah
menterjemahkan lagu ini dalam musik
Jazz pada konser musik “Harp to Heart“.
Apakah makna mendalam dari tembang
ini? Mari kita coba mengupas maknanya
Lir-ilir, lir-ilir tembang ini diawalii dengan
ilir-ilir yang artinya bangun-bangun atau
bisa diartikan hiduplah (karena sejatinya
tidur itu mati) bisa juga diartikan sebagai
sadarlah. Tetapi yang perlu dikaji lagi, apa
yang perlu untuk dibangunkan?Apa yang
perlu dihidupkan? hidupnya Apa ? Ruh?
kesadaran ? Pikiran? terserah kita yang
penting ada sesuatu yang dihidupkan,
dan jangan lupa disini ada unsur angin,
berarti cara menghidupkannya ada
gerak..(kita fikirkan ini)..gerak
menghasilkan udara. ini adalah ajakan
untuk berdzikir. Dengan berdzikir, maka
ada sesuatu yang dihidupkan.
tandure wus sumilir, Tak ijo royo-royo
tak senggo temanten anyar. Bait ini
mengandung makna kalau sudah
berdzikir maka disitu akan didapatkan
manfaat yang dapat menghidupkan
pohon yang hijau dan indah. Pohon di
sini artinya adalah sesuatu yang memiliki
banyak manfaat bagi kita. Pengantin baru
ada yang mengartikan sebagai Raja-Raja
Jawa yang baru memeluk agama Islam.
Sedemikian maraknya perkembangan
masyarakat untuk masuk ke agama Islam,
namun taraf penyerapan dan
implementasinya masih level pemula,
layaknya penganten baru dalam jenjang
kehidupan pernikahannya.
Cah angon cah angon penekno blimbing
kuwi. Mengapa kok “Cah angon” ? Bukan
“Pak Jendral” , “Pak Presiden” atau yang
lain? Mengapa dipilih “Cah angon” ? Cah
angon maksudnya adalah seorang yang
mampu membawa makmumnya, seorang
yang mampu “menggembalakan”
makmumnya dalam jalan yang benar.
Lalu,kenapa “Blimbing” ? Ingat sekali lagi,
bahwa blimbing berwarna hijau (ciri
khas Islam) dan memiliki 5 sisi. Jadi
blimbing itu adalah isyarat dari agama
Islam, yang dicerminkan dari 5 sisi buah
blimbing yang menggambarkan rukun
Islam yang merupakan Dasar dari agama
Islam. Kenapa “Penekno” ? ini adalah
ajakan para wali kepada Raja-Raja tanah
Jawa untuk mengambil Islam dan dan
mengajak masyarakat untuk mengikuti
jejak para Raja itu dalam melaksanakan
Islam.
Lunyu lunyu penekno kanggo mbasuh
dodotiro. Walaupun dengan bersusah
payah, walupun penuh rintangan,
tetaplah ambil untuk membersihkan
pakaian kita. Yang dimaksud pakaian
adalah taqwa. Pakaian taqwa ini yang
harus dibersihkan.
Dodotiro dodotiro, kumitir bedah ing
pinggir. Pakaian taqwa harus kita
bersihkan, yang jelek jelek kita
singkirkan, kita tinggalkan, perbaiki,
rajutlah hingga menjadi pakain yang
indah ”sebaik-baik pakaian adalah
pakaian taqwa“.
dondomono jlumatono kanggo sebo
mengko sore. Pesan dari para Wali
bahwa suatu ketika kamu akan mati dan
akan menemui Sang Maha Pencipta untuk
mempertanggungjawabkan segala
perbuatanmu. Maka benahilah dan
sempurnakanlah ke-Islamanmu agar
kamu selamat pada hari
pertanggungjawaban kelak.
Mumpung padhang rembulane,
mumpung jembar kalangane. Para wali
mengingatkan agar para penganut Islam
melaksanakan hal tersebut ketika pintu
hidayah masih terbuka lebar, ketika
kesempatan itu masih ada di depan mata,
ketika usia masih menempel pada hayat
kita.
Yo surako surak hiyo. Sambutlah seruan
ini dengan sorak sorai “mari kita
terapkan syariat Islam” sebagai tanda
kebahagiaan. Hai orang-orang yang
beriman, penuhilah seruan Allah dan
seruan Rasul apabila Rasul menyeru
kamu kepada suatu yang memberi
kehidupan kepada kamu (Al-Anfal :25)
Semoga artikel kali ini bermanfaat buat
sahabatn semua
Artikel ini diambil dari berbagai sumber
dan melalui beberapa editing, Apabila
ada kesalahan Saya
mohon maaf yang sebesar-besarnya
(Saya juga manusia yang ta’ pernah luput
dari salah & dosa)

0 komentar:

Posting Komentar